Kopi adalah salah satu zat adiktif yang legal dikonsumsi. Jika saja
kafein baru ditemukan, FDA atau BPOM di Indonesia pasti tak akan
meloloskannya sebagai zat yang aman dikonsumsi. Kecanduan kafein
sepertinya dianggap wajar dan normal saja.
Terlepas dari berbagai
bukti ilmiah tentang efek merugikan kafein, popularitasnya terus
meningkat di masyarakat modern. Indonesia misalnya, dengan mudah kita
dapat mendapatkan minuman berkafein, mulai dari berbagai minuman
penambah energi di warung hingga kopi beraroma harum di berbagai gerai
kopi. Kopi telah menjadi minuman wajib dalam pergaulan sehari-hari.
Kafein dan tidur
Kopi
mendapatkan popularitas karena efeknya yang menunda kantuk, memberikan
rasa senang dan bersemangat serta membangkitkan vitalitas peminumnya.
Sesuatu yang amat dicari di tengah deru kehidupan serba cepat. Ini
disebabkan oleh efek kafein pada reticular ascending system dan
reseptor adenosine. Adenosine adalah zat yang menyebabkan kantuk.
Dengan memblokir reseptornya, tubuh tidak bisa membaca adanya adenosine
sehingga mengahalangi kantuk.
Tapi perlu ditekankan kafein hanya menunda kantuk tanpa mengembalikan kemampuan otak. Otak yang sudah lelah tetap akan melambat!
Kadar
kafein mencapai puncaknya dalam 30-60 menit setelah dikonsumsi.
Kadarnya akan tetap tinggi dalam darah selama 3 hingga 5 jam. Dosis
setara dengan secangkir kopi (30-150mg) yang dikonsumsi sebelum tidur
dapat memperpanjang waktu yang diperlukan untuk tidur dan juga
mengganggu proses tidur itu sendiri. Gangguan proses tidur akibat kafein
adalah buruknya kualitas tidur akibat tahapan tidur dalam (stage N3 sleep) yang memendek. Padahal tahap tidur dalam, sering juga disebut restorative sleep,
adalah tahapan tidur penting dimana tubuh mengeluarkan hormon
pertumbuhan yang berfungsi dalam perbaikan sel-sel tubuh yang rusak.
Pada beberapa orang yang sensitif terhadap kafein, dengan konsumsi kopi
di pagi hari sudah dapat mengganggu proses tidur di malam harinya.
Kafein
dosis tinggi (> 6 cangkir kopi) dalam sehari dapat memperlambat
metabolisme kopi sehingga kadarnya tetap tinggi di otak selama 9 hingga
15 jam. Sementara dengan dosis luar biasa, 100 cangkir (10 gram) sehari
dapat menyebabkan kematian.
Dari sisi kesehatan tidur, bukan
hanya dosis konsumsi yang harus diperhatikan. Jauh lebih penting
memperhatikan jadwal konsumsinya. Disarankan, agar tak mengganggu proses
tidur (termasuk kualitas tidur) konsumsi kafein terakhir adalah 12 jam
sebelum tidur.
Produktivitas dan kopi
Kita
senang sekali dihibur dengan mitos bahwa ada zat yang dapat mengalahkan
lelah dan kantuk hingga dapat terus aktif produktif. Lihat saja
berbagai iklan di media, semua produk berlomba-lomba menyatakan bisa
kalahkan kantuk dan meningkatkan produktivitas. Hal yang memprihatinkan
sebenarnya, karena menyiratkan masyarakat kita yang mengantuk.
Tetapi tak demikian kenyataannya, tak ada satu zat pun yang dapat menggantikan efek restoratif tidur!
Berbagai
produk tersebut kebanyakan mengandung kafein. Kafein seperti telah
dibahas akan memberikan rasa segar dan emosi yang positif. Mirip dengan
keadaan saat kita baru bangun tidur di pagi hari. Setiap pagi kita
bangun dengan segar bugar, penuh vitalitas dan penuh semangat. Segala
tantangan seolah akan dengan mudah kita hadapi.
Kafein digunakan
untuk meniru rasa-rasa itu. Tetapi orang sering lupa, bahwa kafein tak
dapat mengembalikan kemampuan konsentrasi, analisa, ketelitian,
kewaspadaan dan jauh lebih penting, kemampuan untuk mengambil keputusan
dengan cepat dan tepat. Hanya tidurlah yang dapat mengembalikan
vitalitas kita.
Bagaimana dengan tempat kerja yang menyediakan
kopi untuk meningkatkan produktivitas pekerjanya? Tidak salah, tetapi
sebaiknya kita mulai mengatur konsumsi kopi. Jika sepanjang hari terus
bolak-balik pantry untuk menyeduh kopi, tentu ada yang salah dengan kesehatan tidur.
Kafein dan kesehatan
Dengan
berkembangnya kesadaran akan kesehatan tidur, para ahli ingin melihat
lebih dalam hubungan kafein dengan kesehatan jantung dan pembuluh darah.
Kita sama-sama telah mengetahui bahwa peningkatan konsumsi kopi akan
meningkatkan resiko terhadap kesehatan.
Para ahli berpendapat,
mungkin bukan jumlah konsumsi kopi yang penting bagi kesehatan, tetapi
"kebutuhan" akan kafeinlah yang beresiko terhadap kesehatan. Apa yang
menyebabkan seseorang butuh bercangkir-cangkir kopi seharinya? Kantuk!
Beberapa
penelitian sudah menunjukkan bahwa durasi tidur yang pendek akan
tingkatkan resiko gagal jantung, hipertensi hingga stroke. Tetapi kini
kita juga kenal adanya hipersomnia, atau kantuk berlebihan walau durasi
tidur cukup. Hipersomnia dan mendengkur merupakan kombinasi mematikan
bernama sleep apnea.
Sleep apnea adalah henti nafas saat tidur,
yang jelas buruk bagi kerja jantung saat tidur. Sleep apnea telah
diketahui menjadi penyebab hipertensi, berbagai penyakit jantung,
diabetes dan stroke.
Penderita sleep apnea, akibat
kantuk yang terus mendera, membutuhkan kafein untuk menopang segala
aktivitasnya. Kebutuhan akan kafein ini yang beresiko terhadap
kesehatan, bukan jumlah konsumsinya saja.
Penutup
Masih
banyak variasi yang belum bisa saya tuangkan di sini, misalkan konsumsi
kafein saat mengendara, pada pelajar, ibu menyusui ataupun pekerja shift. Namun, pada prinsipnya, kopi sebagai minuman pergaulan ataupun penopang produktivitas haruslah dikonsumsi dengan bijak.
Saya
sendiri seorang penikmat kopi. Saya sangat menyukai aroma kopi di pagi
hari sebelum memulai hari. Tetapi dengan penuh kesadaran, konsumsi
kafein saya atur. Jarak minum kopi dengan tidur dijaga berjarak sekitar
12 jam. Jumlahnya pun tentu tak berlebih. Maksimal hanya 2 cangkir
sehari.
Saya merasa bugar dan sehat dengan atau tanpa kafein.
Sekali lagi saya menikmati aroma kopi yang harum, bukan "butuh" kafein
untuk sekedar berfungsi sebagai manusia. Bagaimana dengan Anda?