Mendengkur pada wanita
ternyata lebih merusak otak dibandingkan pada pria. Ini diungkapkan
pada penelitian yang dipublikasikan pada jurnal SLEEP edisi Desember 2012. Prof. William Dement, mengatakan: "Saya
tak dapat menemukan satu pun gangguan kesehatan dalam dunia medis yang
demikian umum diderita, sangat mengancam nyawa, mudah dikenali, dan
amat mudah dirawat selain sleep apnea!"
Ngorok
terlanjur dianggap wajar oleh masyarakat kita. Padahal akibatnya tak
main-main. Mulai dari tekanan darah tinggi, obesitas, peningkatan gula
darah, gangguan jantung, depresi, kematian dan kerusakan otak. Mungkin
salah satu kegagalan evolusi manusia adalah saluran nafas yang melemas
saat tidur. Akibat menyempitnya saluran nafas, aliran udara dari dan ke
paru-paru jadi terganggu. Tak ada udara yang dapat lewat! Ketiadaan
nafas (apnea) inilah yang menyebabkan banyak gangguan kesehatan.
Henti nafas saat tidur, sleep apnea,
terjadi secara periodik sepanjang malam. Setiap kali nafas terganggu,
terjadi penurunan kadar oksigen dan peningkatan tekanan dalam dada yang
sebabkan kerja jantung berlipat ganda. Setiap
kali nafas tersumbat, setelah beberapa waktu penderita akan terbangun
singkat seolah tersedak untuk menghirup nafas. Penderita tak akan ingat
jika ia sesak dan terbangun-bangun ratusan kali sepanjang malam. Sebab
episode bangun yang terjadi hanya berlangsung beberapa detik saja.
Tetapi akibatnya pada kualitas hidup luar biasa. Tanpa tahu sebabnya,
pendengkur selalu mengantuk. Kemampuan konsentrasi, analisa dan daya
ingat menurun. Emosi pun turut naik turun dengan tajam.
Wanita Mendengkur
Penderita
sleep apnea, diperkirakan sebanyak 5% dari populasi. Jenis kelamin apa
pun, usia berapa pun, kurus atau gemuk bisa saja mendengkur dan
menderita sleep apnea. Banyak
sudah penelitian di bidang mendengkur ini. Kebanyakan meneliti efeknya
pada penyakit serius seperti hipertensi, penyakit jantung, diabetes
dan stroke. Banyak juga penelitian yang melihat berbagai pengaruh
ngorok pada kategori tertentu, misalkan pada kehamilan, anak-anak, pria
dewasa, ataupun wanita. Ya,
wanita pun mendengkur! Wanita yang menderita sleep apnea memang tak
sebanyak pria. Diperkirakan pendengkur wanita hanyalah separuh dari
pria. Tetapi karakteristiknya berbeda. Misalkan derajat keparahan yang
dilihat dari indeks henti nafas, pria cenderung lebih parah dibanding
wanita. Akibat pada kesehatan jantung dan pembuluh darah pun tampaknya
lebih parah pada pria. Namun, efek psikologis sleep apnea lebih nyata
pada wanita, yaitu depresi dan kecemasan.
Ngorok Merusak Otak
Sekelompok
peneliti di UCLA mempublikasikan penelitian mereka pada jurnal SLEEP
2008 yang menunjukkan adanya kerusakan bagian-bagian tertentu otak pada
penderita sleep apnea. Dengan menggunakan alat pencitraan otak, para
peneliti menemukan bahwa pendengkur dengan sleep apnea mengalami
kerusakan massa putih di beberapa bagian otak yang mengatur ingatan dan
mood. Massa putih adalah serabut otak yang diliputi oleh myelin yang
berwarna putih. Kelompok
peneliti ini juga menerbitkan publikasi lain di Neuroscience Letters
pada tahun yang sama. Deitmukan bahwa badan mamilari orang yang ngorok
menalami perubahan. Badan mamilari adalah salah satu bagian dari sistem
limbik yang berperan pada fungsi-fungsi kognitif dan emosi seseorang.
Penurunan volume badan mamilari tersebut diduga kuat terjadi sebagai
efek menurunnya kadar oksigen saat tidur. Publikasi
lain pada Journal of Sleep Research tahun 2009 menyatakan bahwa sleep
apnea ternyata merusak otak secara penelitian. Tim peneliti dari
Perancis itu, melakukan pencitraan otak pada 16 orang yang mendengkur
dan baru didiagnosa menderita sleep apnea. Hasilnya, mereka menemukan
kerusakan massa abu-abu di berbagai bagian otak. Ini juga menjelaskan
kenapa pendengkur mengalami penurunan konsentrasi dan daya ingat.
Kerusakan Otak Pada Wanita
Penelitian
terbaru yang dimuat dalam jurnal SLEEP Desember 2012 mencoba melihat
efek kerusakan otak ini pada wanita yang mendengkur. Bisa dikatakan,
ini adalah penelitian pertama yang mencoba melihat efek mendengkur pada
wanita. Penelitian lain semua melihat efek kerusakan otak pada pria
atau pada pria dan wanita sekaligus. Mempertimbangkan adanya perbedaan
efek ngorok, sleep apnea pada wanita dibanding pria, para ahli ingin
melihat perbedaan kerusakan otak juga berdasarkan jenis kelamin. Mereka
pun menilai massa putih pada syaraf otak dan membandingkannya antara
penderita yang mendengkur dan tidak, serta terutama pada pria dan
wanita. Para
peneliti mengamati 10 orang pendengkur wanita dan 20 pendengkur pria
yang baru saja terdiagnosa menderita sleep apnea di UCLA sleep
laboratory, bersama dengan 20 wanita dan 30 pria sebagai kontrol.
Selain gangguan nafas saat tidur, subyek juga dinilai kondisi kantuk
dan psikologisnya dengan menggunakan kuesioner. Terakhir, dilakukan
pencitraan otak dengan menggunakan MRI.
Walau
wanita yang mendengkur lebih jarang dibanding pria, pengaruh buruknya
tampak lebih berat pada wanita. Kerusakan otak akibat sleep apnea
ternyata lebih parah pada wanita dibanding pada pria dengan kondisi
yang sama. Area frontal otak wanita penderita sleep apnea mengalami
kerusakan. Padahal area ini penting untuk fungsi pengaturan mood dan
pengambilan keputusan. Penilaian psikologis pada pendengkur wanita juga
tunjukkan tingkat depresi dan kecemasan yang lebih tinggi. Sementara
para ahli berhipotesa bahwa kerusakan otak terjadi sebagai akibat dari
berkurangnya kadar oksigen saat tidur. Namun kemungkinan lain juga
harus dipertimbangkan. Misalkan depresi dan kecemasan yang meningkatkan
aktivitas simpatis dan sel-sel inflamasi hingga merusak syaraf, atau
justru kerusakan syaraf yang mendorong peningkatan depresi dan kecemasan
pada wanita pendengkur. Masih banyak yang harus diteliti lebih lanjut.
Apa yang Bisa Kita Pelajari?
Jelas
kerusakan otak merupakan salah satu akibat dari mendengkur dengan
henti nafas saat tidur. Tetapi dari penelitian terbaru tampak bahwa
efek sleep apnea pada kerusakan otak wanita ternyata lebih parah
dibandingkan pada pria. Ini tunjukkan pada para dokter agar tak
meremehkan dengkuran wanita. Wanita dengan keluhan cepat lelah,
mengantuk, depresi dan mendengkur harus mendapatkan prioritas
perawatan. Pemeriksaan
tidur sebagai alat diagnosa utama untuk ketahui bahaya tidaknya suatu
dengkuran harus dilakukan sebelum melakukan perawatan. Derajat
keparahan henti nafas pun harus dihitung lewat pemeriksaan yang sama. Perawatan,
baik lewat alat bantu gigi, CPAP atau pembedahan dapat dipertimbangkan
tergantung kondisi setiap pasien. Sementara ini perawatan dengan continuous positive airway pressure
(CPAP) menjadi pilihan utama. Penggunaan CPAP telah terbukti dapat
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kondisi jantung serta kontrol
gula darah. Sayangnya
kerusakan otak akibat sleep apnea bersifat permanen dan tak dapat
dikembalikan walau sleep apnea dirawat. CPAP hanya dapat mencegah
kerusakan lebih lanjut. Satu hal lagi yang mendorong agar perawatan
sleep apnea harus dilakukan sesegera mungkin. Mendengkur bukan lagi bahan tertawaan. Peringatkan sahabat atau kerabat yang mendengkur. Anda menyelamatkannya!